Assalamu'alaikum wr. wb.. Selamat Datang di Arriesalah.blogspot.com.. Blog personal dari Riesa Putri Arumndati yang berusaha bisa memberikan manfaat bagi orang lain...
 

PP Wahid Hasyim Gaten Jogja

Bermula dari sebuah Majelis Ta'lim Dusun Gaten yang diasuh oleh K.H. Abdul Madjid, seorang mubaligh yang berasal dari Desa Mlangi Yogyakarta pada tahun 1925-an. Majleis Ta'lim yang semula berjalan secara giliran di rumah-rumah penduduk itu kemudian semakin banyak jamaahnya dan akhirnya kegiatan rutinan itu dilaksanakan di Masjid Jami' Gaten. Sepeninggal K.H. Abdul Madjid yang telah meninggalkan kegiatan keagamaan Majelis Ta'lim dan telah berhasil membangun religiusitas masyarakat Gaten dan sekitarnya kemudian dilanjutkan oleh seorang tokoh agama sekaligus kepala dukuh masyarakat Gaten, yakni Kiai Syafi'i yang ditunjuk langsung dan dipercaya oleh masyarakat untuk menggantikannya. Pada masa Kiai Syafi'i ini jumlah Majelis Ta'lim semakin berkembang di beberapa daerah sekitarnya. Dan perkembangan itu semakin signifikan pada masa K.H. Abdul Hadi Syafi'i, putra sulung sekaligus pengganti Kiai Syafi'i.Di bawah kepemimpinan K.H. Abdul Hadi Syafi'i ini, kegiatan pengajian tersebut semakin mendapat dukungan yang luas dari para tokoh masyarakat, seperti Drs. Margono, H. Masyrif dan H. Kuat Hadikusnanto. Pada saat itu wilayah binaannya sudah mencapai sepuluh dukuh di sekitar kelurahan Condongcatur. Dan bersama tokoh-tokoh masyarkat itu, kemudian K.H. Abdul Hadi Syafi'i merintis sebuah Madrasah Diniyah, sebuah lembaga pendidikan agama non formal untuk anak-anak, remaja dan pemuda kampung pada tahun 1965. Perkembangan selanjutnya adalah berdirinya Madrasah Ibtida'iyah pada tahun 1975 yang berada di bawah naungan Departemen Agama RI. Bersamaan dengan itu, sebuah sekolah formal PGA Wahid Hasyim yang sedang mengalami krisis dan ingin bergabung dengan madrasah yang sedang dikelola oleh K.H. Abdul Hadi Syafi'i, kemudian terselaakan di bawah pengelolaannya yang dalam babak selanjutnya PGA itu diganti menjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Wahid Hasyim, bersamaan dengan kebijakan pemerintahan untuk menghapuskan sistem sekolah PGA. Beriringan dengan perjalanan waktu, pesantren ini semakin banyak kedatangan santri dari luar kota, terutama para mahasiswa yang belajar di beberapa perguruan tinggi sekitar pesantren, seperti IAIN (sekarang UIN), UGM, UII, IKIP (sekarang UNY) dll. Kemudian mulai dirintis pesantren dengan sistem pemondokan dan akhirnya berdirilah Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta yang sudah memiliki beberapa lembaga pendidikan formal dan non formal tersebut di atas. Secara informal, pesantren ini berdiri pada tahun 1965, yakni bersamaan dengan berdirinya Madrasah Diniyah. Tetapi secara formal, sebagaimana mengacu pada Piagam Madrasah Diniyah No: E.8370 Tahun 1976 yang dikeluarkan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi DIY, Pesantren ini didirikan pada Tahun 1976 oleh K.H. Abdul Hadi Syafi'i. Meskipun nama Wahid Hasyim nama pesantren ini diambilkan dari nama PGA, namun pemilihan nama tersebut menjadi nama pesantren dilatarbelakangi oleh kekaguman dan penghormatan K.H. Abdul Hadi Syafi'i terhadap ketokohan, visi dan misi seorang tokoh nasional, sekaligus salah seorang dari para pendiri bangsa ini dan Menteri Agama RI yang pertama, yaitu K.H. Abdul Wahid Hasyim yang moderat, nasionalis, religius, pluralis dan inklusif. Karakter-karakter itulah yang kemudian juga dijadikan kerangka acuan dalam perumusan visi dan misi Pondok Pesantren Wahid Hasyim yang moderat dan berwawasan kebangsaan (nasionalis religius). Sesuai dengan kondisi masyarakat lingkungan pesantren yang majemuk, lingkungan pelajar dan mahasiswa yang majemuk pula, maka pesantren menentukan ciri khas dan visinya yang berwawasan kebangsaan, pluralis dan moderat. Di lembaga keagamaan ini sering sekali diselenggarakan kegiatan dialog antar agama, kegiatan kemasyarakatan, kedatangan tamu dari berbagai umat beragama bahkan menjalin kerja sama yang kooperatif untuk misi kemanusiaan dan lingkungan hidup. Pendekatan yang ditempuh dalam rangka dakwah ke masyarakat pun juga dengan multi-disipliner yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat, seperti dengan pendekatan edukasi, pemberdayaan ekonomi, seni dan kekaryaan. Kerangka teorinya adalah bahwa agama harus dapat menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan setiap segmen umat itu memiliki karakter sosial budaya tersendiri yang dengan memahami dan menjadikannya karakter tersebut sebagai pijakan dalam perumusan media dan pendekatan, maka suatu pesan itu dapat lebih diterima dan efektif untuk perubahan. Beriringan dengan perjalanan waktu, pesantren ini semakin dikenal masyarkat luas, terutama para pelajar dan mahasiswa yang belajar di Yogyakarta atau sekitarnya. Semakin lama semakin bertambah jumlah santri dan akhirnya memasuki usianya yang ke-30 ini (tahun 2004) pesantren ini sudah mempunyai anak didik (santri) sekitar 800 orang santri yang terdiri dari mahasiswa dan siswa yang juga belajar di madrasah formal pesantren. Mereka berasal dari segala penjuru nusantara. Pesantren tersebut didirikan dengan tujuan untuk melahirkan generasi muslim yang beriman dan bertaqwa, memiliki pemahaman komprehensif dan total tentang Islam, cakap dan terampil serta berdedikasi tinggi pada agama, bangsa dan negara dengan ikhlas. Dalam menyelenggarakan pendidikannya senantiasa mengedepankan pemikiran-pemikiran yang dinamis konstruktif dengan melihat perkembangan zaman dan berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Selengkapnya...